Inspirasi melahirkan inovasi bisa datang dari mana pun. Termasuk rasa kangen. Itulah yang dialami Firman Subekti. Berkat rasa kangennya minum legen, dia berhasil menciptakan legen kemasan yang setiap saat bisa dibawa ke mana saja. Bahkan, produk legen kemasan hasil inovasinya itu sudah merambah pasar Jawa-Bali.
LAHIR dan besar di Tuban membuat Firman Subekti akrab dengan legen. Namun, sejak melanjutkan pendidikan dan berkarir di Jakarta, dia jarang sekali mengonsumsi legen. Sebab, tidak mungkin ada penjual legen di Ibu Kota.
Tak jarang, dia merasa sangat kangen dengan minuman tradisional khas Tuban ini.
Berangkat dari rasa kangen yang teramat itulah, kemudian dia memiliki inisiatif untuk membuat produk legen dalam kemasan yang tahan lama. Sehingga bisa dinikmati kapan dan di mana saja.
Namun tidak mudah merealisasikan ide tersebut. Banyak challenge yang harus dihadapi. Termasuk stigma masyarakat, bahwa legen yang didiamkan lama bisa berubah menjadi tuak (minuman memabukkan).
‘’Banyak sekali persepsi dari berbagai pihak ketika kami (dia bersama teman-teman nya, Red) mencetuskan ide legen kemasan ini,’’ ujar pria yang kini berusia 26 tahun itu.
Diakui dia, masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa legen tidak bisa bertahan lama.
Inspirasi melahirkan inovasi bisa datang dari mana pun. Termasuk rasa kangen. Itulah yang dialami Firman Subekti. Berkat rasa kangennya minum legen, dia berhasil menciptakan legen kemasan yang setiap saat bisa dibawa ke mana saja. Bahkan, produk legen kemasan hasil inovasinya itu sudah merambah pasar Jawa-Bali.
LAHIR dan besar di Tuban membuat Firman Subekti akrab dengan legen. Namun, sejak melanjutkan pendidikan dan berkarir di Jakarta, dia jarang sekali mengonsumsi legen. Sebab, tidak mungkin ada penjual legen di Ibu Kota.
Tak jarang, dia merasa sangat kangen dengan minuman tradisional khas Tuban ini.
Berangkat dari rasa kangen yang teramat itulah, kemudian dia memiliki inisiatif untuk membuat produk legen dalam kemasan yang tahan lama. Sehingga bisa dinikmati kapan dan di mana saja.
Namun tidak mudah merealisasikan ide tersebut. Banyak challenge yang harus dihadapi. Termasuk stigma masyarakat, bahwa legen yang didiamkan lama bisa berubah menjadi tuak (minuman memabukkan).
- Advertisement -
‘’Banyak sekali persepsi dari berbagai pihak ketika kami (dia bersama teman-teman nya, Red) mencetuskan ide legen kemasan ini,’’ ujar pria yang kini berusia 26 tahun itu.
Diakui dia, masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa legen tidak bisa bertahan lama.