TUBAN, Radar Tuban –Harga minyak goreng (migor) kemasan yang kelewat mahal berimbas pada tak terjangkaunya kantong kalangan menengah ke bawah.
Untuk memenuhi kebutuhan sembako tersebut, sekarang ini masyarakat beralih berburu migor curah. Karena banyaknya permintaan, migor tanpa kemasan tersebut sulit didapatkan di pasar tradisional.
Salah satu pedagang migor curah di Pasar Baru Tuban kepada Jawa Pos Radar Tuban kemarin (24/3) sekitar pukul 14.00 mengaku kehabisan stok.
‘’Tadi pagi sebenarnya masih ada sedikit, siang ini sudah habis,’’ ujar Suharto, pedagang migor curah tersebut sambil menunjukkan drum migor curahnya yang kosong. Begitu juga jeriken dan ember yang tanpa isi.
Pedagang ini menjual migor curah dengan harga Rp 20 ribu per kilogram (kg).
Dia mengatakan, sebelum beredar kabar migor curah mendapatkan subsidi, dirinya mendapatkan jatah tujuh drum seminggu. Sekarang dibatasi satu drum seminggu. Karena stok yang tersedia sangat minim, Suharto terpaksa membatasi pembeli yang hanya boleh beli 9 kg sekali transaksi.
Diberitakan sebelumnya, migor satu harga Rp 14 ribu per kg sejak 14 Januari lalu, kini telah dicabut. Dampaknya, harga migor khususnya yang kemasan kembali mahal, berkisar Rp 23 ribu untuk kemasan 1 liter dan Rp 47 ribu untuk kemasan 2 liter.
Kenaikan harga tersebut sudah terlihat sejak Rabu (16/3) di seluruh swalayan dan minimarket di Tuban. Seperti di Swalayan Bravo, pembelian migor tidak lagi ditempatkan di tempat penitipan barang, namun di rak migor seperti semula. Tabel harga yang terpampang pun berganti.
Mengapa berlaku pembatasan stok migor curah kepada pedagang? Dia mengaku belum mengetahuinya.
‘’Itu kebijakan dari orang-orang atasan sana,’’ tuturnya.
Suharto memprediksi harga migor curah maupun kemasan bakal terus naik menjelang puasa Ramadan. Itu karena stoknya yang terbatas. Apalagi, kebutuhan bahan pokok lainnya juga mulai terkerek.
Kepala Bidang Perdagangan Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan (Diskop UKM Perdag) Tuban Harjianto mengatakan, kondisi kelangkaan migor curah bukan hanya terjadi di Tuban. Kelangkaan yang sama, kata dia, juga terjadi di daerah lain.
‘’Mungkin ini ada masalah distribusi,’’ ujarnya. (fud/ds)