RADARBISNIS – Posisi Kewajiban Neto Investasi Internasional (PII) Indonesia pada triwulan I 2025 menunjukkan tren positif dengan mencatat penurunan.
Berdasarkan data Bank Indonesia, pada akhir Maret 2025, posisi kewajiban neto tercatat sebesar 224,5 miliar dolar AS, menurun dibandingkan posisi akhir Desember 2024 yang sebesar 245,7 miliar dolar AS.
Penurunan ini terutama didorong oleh peningkatan Aset Finansial Luar Negeri (AFLN) serta penurunan Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN). Keduanya memberikan kontribusi terhadap penguatan struktur sektor eksternal Indonesia.
Aset Finansial Luar Negeri Menguat
Posisi AFLN Indonesia mengalami peningkatan sebesar 1,9 persen secara kuartalan (qtq), dari sebelumnya 523,1 miliar dolar AS pada akhir triwulan IV 2024 menjadi 533,1 miliar dolar AS di akhir triwulan I 2025.
Peningkatan ini terjadi seiring tingginya investasi penduduk Indonesia dalam berbagai instrumen finansial luar negeri.
Kenaikan terbesar tercatat pada aset investasi lainnya, terutama dalam bentuk pinjaman dan piutang usaha.
Selain itu, pelemahan dolar AS terhadap mayoritas mata uang global dan kenaikan harga emas internasional turut memperkuat nilai AFLN.
Kewajiban Finansial Menurun di Tengah Optimisme Investor
Di sisi lain, posisi KFLN Indonesia turun sebesar 1,5 persen (qtq), dari 768,8 miliar dolar AS menjadi 757,6 miliar dolar AS.
Meskipun terdapat aliran masuk modal asing yang tetap solid, penurunan nilai instrumen keuangan domestik akibat melemahnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turut mempengaruhi angka ini.
Namun demikian, investasi langsung tetap surplus, menandakan adanya optimisme investor terhadap prospek ekonomi nasional.
Selain itu, investasi portofolio juga mencatat net inflow, meski di tengah meningkatnya ketidakpastian pasar global.
Struktur Kewajiban Tetap Terkelola Baik
Bank Indonesia menilai bahwa kondisi PII Indonesia secara keseluruhan tetap sehat dan mendukung ketahanan eksternal.
Hal ini tercermin dari rasio PII terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang turun menjadi 16,0 persen di triwulan I 2025, lebih rendah dibandingkan 17,6 persen pada triwulan sebelumnya.
Selain itu, struktur kewajiban PII juga tetap kuat, dengan 91,9 persen didominasi oleh instrumen berjangka panjang, terutama dalam bentuk investasi langsung yang lebih stabil dan tahan guncangan eksternal.
“Bank Indonesia akan terus mencermati perkembangan ekonomi global serta memperkuat respons bauran kebijakan yang sinergis dengan Pemerintah dan otoritas terkait guna menjaga ketahanan eksternal,” ujar Ramdan Denny Prakoso, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, dalam pernyataan resminya.
Bank Indonesia menegaskan komitmennya untuk terus memantau risiko-risiko eksternal dan menjaga stabilitas perekonomian nasional.
Dengan fundamental yang kuat dan strategi kebijakan yang adaptif, Indonesia diharapkan mampu mempertahankan stabilitas sektor eksternal di tengah ketidakpastian global yang terus berkembang. (*)