31.8 C
Tuban
Friday, 22 November 2024
spot_img
spot_img

Cara Menenangkan Bayi Menangis yang Benar dan Tidak Berisiko

spot_img

Ketika ingin menenangkan bayi yang menangis, ayah atau bunda mungkin pernah menggoyang-goyangkan tubuh si kecil? Please lebih berhati-hati. Mengguncang bayi terlalu keras berisiko terjadi shaken baby syndrome.

OTAK bayi masih lunak dan belum berkembang sepenuhnya. Otot leher bayi juga masih lemah sehingga belum sepenuhnya menopang kepalanya secara proporsional.

”Saat diguncang-guncang, otak akan terbentur dinding tengkorak depan, kemudian terbentur lagi ke belakang dan seterusnya. Otak bayi berbeda dengan otak orang dewasa yang sudah padat,” papar dr Zicky Yombana SpS.

Shaken baby syndrome mungkin saja terjadi secara tidak disengaja. Namun, dampaknya bisa sangat fatal. Bayi bisa mengalami cedera otak. Cedera otak yang tergolong berat bisa menimbulkan kerusakan otak permanen dengan efek jangka panjang. Mulai gangguan penglihatan dan pendengaran, keterlambatan pada proses tumbuh kembang, hingga kesulitan untuk belajar.

”Yang kedua, otak bayi belum memadati rongga tengkorak. Jika diguncang keras, pembuluh darah vena di sekelilingnya bisa tertarik terus putus. Terjadilah perdarahan otak, itu yang bahaya,” tambah dokter spesialis saraf Mayapada Hospital Kuningan tersebut.

Banyak yang tidak menyadari adanya gangguan di otak bayi. Sebab, gejalanya tidak langsung terlihat. Pada shaken baby syndrome, masa observasi dimulai 7–10 hari.

Ortu harus waspada jika anak mendadak rewel tidak jelas, mengantuk setiap saat, tidak nafsu makan, mengalami gangguan motorik, lemas dan lemah otot. Pada gejala yang lebih berat, bisa terjadi kejang hingga kelumpuhan.

Baca Juga :  Galuh, Perempuan Pecandu Kopi

”Jika tidak terdiagnosis dan ketahuannya pas usia sekolah, anak akan kurang bisa mengikuti pelajaran. Sering kesandung atau terjatuh,” tuturnya.

Tidak ada pertolongan pertama. Jika sudah muncul gejala, segera bawa anak ke rumah sakit. Semakin cepat ditangani, semakin besar kemungkinan otak terselamatkan. Sebab, jika sudah terjadi masalah pada otak, butuh waktu cukup lama untuk memulihkannya.

”Informasi apa pun yang diucapkan pasien bisa menjadi clue yang sangat penting buat para dokter. Ibu boleh ngomong kalau anaknya pernah main ini, atau habis terguncang. Jangan berikan satu informasi saja,” ujarnya.

Penanganannya meliputi CT scan hingga MRI. Butuh kolaborasi antara dokter anak dan dokter neurologi, bahkan melibatkan dokter anestesi. Dokter anak akan mengatur dosis dan metabolisme, dokter neurologi untuk pemeriksaan dan tata laksana.

”Jika kondisinya sudah pada tahap perdarahan otak, kita lihat dulu volume perdarahan dan lokasinya. Apakah berpotensi menekan terus-menerus,” imbuh dr Zicky.

Apabila volume perdarahan kecil, tidak di area vital, dan tidak berisiko menekan, cukup dilakukan tindakan konservatif berupa pengobatan. Jadi, tidak semua kasus harus dioperasi.

Baca Juga :  Resep Jaga Kondisi Kulit Wajah Lebih Stabil, Gunakan Sabun Wajah Berpelembab

Namun, jika mengakibatkan gangguan fatal hingga berisiko merenggut nyawa, dokter akan mengambil tindakan operasi.

Dokter Zicky mengingatkan para ortu agar tidak menganggap enteng shaken baby syndrome. Tentu, hal itu tidak sampai terjadi jika ortu lebih berhati-hati dalam memperlakukan si kecil. Apalagi jika belum menginjak usia 5 tahun. Sebab, perkembangan otak baru optimal pada usia sekolah sekitar 5–6 tahun.

”Perkembangan otak di usia 5–6 atau 7 tahun sudah relatif sempurna sehingga sudah bisa dilepas dan menerima input dari luar. Anak sudah bisa menerima pelajaran, menganalisis, menerima informasi, dan mengutarakan sesuatu,” ungkapnya.

Karena itu, dianjurkan untuk menghindari guncangan saat menggendong bayi. Semua guncangan keras pada kepala berisiko shaken baby syndrome. Termasuk, mengajak bayi melakukan aktivitas ekstrem yang sarat guncangan. Naik jetski, ATV, flying fox, dan semacamnya.

Please, tahan dulu sampai usia anak cukup, demi menghindari risiko. Dalam hal ini, guncangan dan ayunan tidaklah sama. Guncangan yang dimaksud ialah guncangan ekstrem yang cepat naik dan turun.

”Kalau kita gendong bayi terus diayun itu bukan guncangan, tapi mengayunnya juga jangan kencang-kencang. Guncangan itu misalnya kita gendong bayi kemudian loncat dua step anak tangga,” jelasnya. (lai/c17/nor/JPG)

Ketika ingin menenangkan bayi yang menangis, ayah atau bunda mungkin pernah menggoyang-goyangkan tubuh si kecil? Please lebih berhati-hati. Mengguncang bayi terlalu keras berisiko terjadi shaken baby syndrome.

OTAK bayi masih lunak dan belum berkembang sepenuhnya. Otot leher bayi juga masih lemah sehingga belum sepenuhnya menopang kepalanya secara proporsional.

”Saat diguncang-guncang, otak akan terbentur dinding tengkorak depan, kemudian terbentur lagi ke belakang dan seterusnya. Otak bayi berbeda dengan otak orang dewasa yang sudah padat,” papar dr Zicky Yombana SpS.

Shaken baby syndrome mungkin saja terjadi secara tidak disengaja. Namun, dampaknya bisa sangat fatal. Bayi bisa mengalami cedera otak. Cedera otak yang tergolong berat bisa menimbulkan kerusakan otak permanen dengan efek jangka panjang. Mulai gangguan penglihatan dan pendengaran, keterlambatan pada proses tumbuh kembang, hingga kesulitan untuk belajar.

”Yang kedua, otak bayi belum memadati rongga tengkorak. Jika diguncang keras, pembuluh darah vena di sekelilingnya bisa tertarik terus putus. Terjadilah perdarahan otak, itu yang bahaya,” tambah dokter spesialis saraf Mayapada Hospital Kuningan tersebut.

- Advertisement -

Banyak yang tidak menyadari adanya gangguan di otak bayi. Sebab, gejalanya tidak langsung terlihat. Pada shaken baby syndrome, masa observasi dimulai 7–10 hari.

Ortu harus waspada jika anak mendadak rewel tidak jelas, mengantuk setiap saat, tidak nafsu makan, mengalami gangguan motorik, lemas dan lemah otot. Pada gejala yang lebih berat, bisa terjadi kejang hingga kelumpuhan.

Baca Juga :  Tips Penyajian Menu Sahur dan Buka Puasa untuk si Kecil

”Jika tidak terdiagnosis dan ketahuannya pas usia sekolah, anak akan kurang bisa mengikuti pelajaran. Sering kesandung atau terjatuh,” tuturnya.

Tidak ada pertolongan pertama. Jika sudah muncul gejala, segera bawa anak ke rumah sakit. Semakin cepat ditangani, semakin besar kemungkinan otak terselamatkan. Sebab, jika sudah terjadi masalah pada otak, butuh waktu cukup lama untuk memulihkannya.

”Informasi apa pun yang diucapkan pasien bisa menjadi clue yang sangat penting buat para dokter. Ibu boleh ngomong kalau anaknya pernah main ini, atau habis terguncang. Jangan berikan satu informasi saja,” ujarnya.

Penanganannya meliputi CT scan hingga MRI. Butuh kolaborasi antara dokter anak dan dokter neurologi, bahkan melibatkan dokter anestesi. Dokter anak akan mengatur dosis dan metabolisme, dokter neurologi untuk pemeriksaan dan tata laksana.

”Jika kondisinya sudah pada tahap perdarahan otak, kita lihat dulu volume perdarahan dan lokasinya. Apakah berpotensi menekan terus-menerus,” imbuh dr Zicky.

Apabila volume perdarahan kecil, tidak di area vital, dan tidak berisiko menekan, cukup dilakukan tindakan konservatif berupa pengobatan. Jadi, tidak semua kasus harus dioperasi.

Baca Juga :  Fitur Baru Instagram Notes Diluncurkan, Begini Cara Pakai & Fungsinya

Namun, jika mengakibatkan gangguan fatal hingga berisiko merenggut nyawa, dokter akan mengambil tindakan operasi.

Dokter Zicky mengingatkan para ortu agar tidak menganggap enteng shaken baby syndrome. Tentu, hal itu tidak sampai terjadi jika ortu lebih berhati-hati dalam memperlakukan si kecil. Apalagi jika belum menginjak usia 5 tahun. Sebab, perkembangan otak baru optimal pada usia sekolah sekitar 5–6 tahun.

”Perkembangan otak di usia 5–6 atau 7 tahun sudah relatif sempurna sehingga sudah bisa dilepas dan menerima input dari luar. Anak sudah bisa menerima pelajaran, menganalisis, menerima informasi, dan mengutarakan sesuatu,” ungkapnya.

Karena itu, dianjurkan untuk menghindari guncangan saat menggendong bayi. Semua guncangan keras pada kepala berisiko shaken baby syndrome. Termasuk, mengajak bayi melakukan aktivitas ekstrem yang sarat guncangan. Naik jetski, ATV, flying fox, dan semacamnya.

Please, tahan dulu sampai usia anak cukup, demi menghindari risiko. Dalam hal ini, guncangan dan ayunan tidaklah sama. Guncangan yang dimaksud ialah guncangan ekstrem yang cepat naik dan turun.

”Kalau kita gendong bayi terus diayun itu bukan guncangan, tapi mengayunnya juga jangan kencang-kencang. Guncangan itu misalnya kita gendong bayi kemudian loncat dua step anak tangga,” jelasnya. (lai/c17/nor/JPG)

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Radartubanbisnis.com Koran Bisnis e Wong Tuban

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
MSN: tinyurl.com/yw4tx2rx

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Radar Tuban WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vafat2k77qVMQiRsNU3o. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

spot_img

Terpopuler

spot_img

Artikel Terbaru

spot_img
spot_img