Kegelapan dan Kepahitan Itu Bisa Dinikmati
Tak banyak perempuan memilih kopi sebagai minuman kesukaannya. Minuman berwarna hitam pekat dan berasa pahit itu cenderung dihindari para kaum hawa. Namun, tidak dengan Galuh Alif Novianti. Saking Sukanya, dara asal Tuban ini meminum kopi setiap hari.
——————————————-
KESUKAAN perempuan ayu yang akrab disapa Galuh ini dengan kopi bermula saat usia remaja. Di rumah, dia sering kali membuatkan kopi untuk ayahnya. Dari situ, dia penasaran dengan rasanya sehingga tergelitik untuk mencicipi kopi tersebut sesaat sebelum disuguhkan.
Perempuan 24 tahun ini mengemukakan, kali pertama merasakan kopi, lidahnya langsung ‘’jatuh cinta’’. Sejak itu, tiap kali membuatkan kopi untuk sang ayah, dia tidak lagi mengurangi jatah kopi ayahnya yang hanya secangkir.
‘’Tapi bikin kopi untuk saya sendiri,’’ ujarnya sambil terkikik saat dihubungi Jawa Pos Radar Tuban kemarin (22/4).
Seiring berjalannya waktu, romantismenya dengan kopi membuat dia dipertemukan dengan seorang lelaki. Kebetulannya, dia seorang barista. Praktis, objek cintanya lantas bertambah. Pengetahuannya tentang kopi pun meningkat. Dari yang semula hanya standar rumahan, lambat laun dia mengerti dan memahami kopi standar kedai. Bahkan, pada akhirnya sempat menjadi barista pula.
‘’Kini, hubungan saya dengan lelaki yang memperdalam ilmu kopi itu sudah putus. Tapi kecintaan saya kepada kopi masih langgeng. Lanjut terus,’’ tuturnya.
Perempuan yang pernah menjadi barista selama setahun ini mengatakan, sejak mencintai kopi, dirinya tidak pernah absen minum kopi. Setiap hari, minuman hitam pekat itu dinikmatinya. Galuh menyampaikan, setiap hari dia menikmati kopi di kedai-kedai yang tersebar di wilayah Bumi Ronggolawe. Jika ada kendala untuk minum kopi di tempat-tempat tersebut, perempuan berjilbab ini menikmati kopi di rumahnya sendiri.
‘’Di mana pun saya paling suka meminum kopi yang rasanya pahit. Yang espresso-nya strong,’’ jelasnya.
Perempuan yang tinggal di Jalan Basuki Rachmad ini menyampaikan, meski kini tidak lagi menjadi barista, penguasaan ilmu perkopian dan meracik minuman tersebut masih dikantongi. Itu karena ketika memiliki waktu luang, dia mempraktikannya. Perempuan yang kini bekerja sebagai tenaga administrasi di Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan Tuban ini menyatakan, kecintaannya kepada kopi tetap langgeng. Menurutnya, kepahitan rasa kopi mengajarkan dirinya banyak hal.
‘’Salah satunya, kegelapan dan kepahitan itu bisa dinikmati. Semua tergantung cara memperlakukannya,’’ pungkasnya. (sab/ds)