RADARBISNIS – Pasar modal merespons heboh keputusan Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan. Sejumlah saham bank BUMN kompak menghijau, menandakan investor optimistis penurunan BI Rate jadi bensin baru bagi kredit dan laba perbankan.
Dalam perdagangan sesi II, Rabu (17/9), IHSG ditutup melesat 0,85 persen tembus level 8.025,18. Saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) jadi bintang utama, melompat 2,97 persen ke Rp 1.385 per saham.
Disusul PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang naik 1,94 persen ke Rp 4.210. Nilai transaksinya menembus Rp 922,3 miliar! Sementara, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) menguat 1,14 persen ke Rp 4.420 dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik tipis 0,22 persen ke Rp 4.490.
BI Kejutkan Pasar, BI Rate Turun Jadi 4,75 Persen
Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI 16–17 September memutuskan memotong BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) ke 4,75 persen – pemangkasan keenam sejak September 2024. Tak hanya itu, Deposit Facility diturunkan 50 bps ke 3,75 persen, dan Lending Facility dipangkas 25 bps menjadi 5,5 persen.
“Keputusan ini sejalan dengan upaya mendorong pertumbuhan ekonomi sambil memastikan inflasi 2025–2026 tetap rendah di sasaran 2,5 ± 1 persen,” tegas Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers daring dikutip dari bloombergtechnoz.com.
Pasar dibuat kaget. Konsensus 38 ekonom yang disurvei Bloomberg sebelumnya memperkirakan BI Rate bertahan di 5 persen.
Investor Banjiri Saham Perbankan
Analis pasar modal menilai langkah BI jadi katalis positif bagi sektor perbankan, terutama Himbara yang memiliki porsi besar kredit produktif. Penurunan suku bunga akan memperkecil biaya dana, mendorong ekspansi pinjaman, dan berpotensi meningkatkan margin laba.
“Ini sinyal bullish bagi perbankan. Investor melihat prospek pertumbuhan kredit bisa lebih agresif hingga akhir tahun,” ujar seorang analis senior pasar modal.
Kredit Bisa Tumbuh, Ekonomi Bisa Gaspol
BI memprediksi pertumbuhan ekonomi tahun ini akan berada di atas titik tengah proyeksi 4,6–5,4 persen. Inflasi pun diperkirakan tetap jinak di 1,5–3,5 persen.
Namun Perry mengingatkan, permintaan domestik masih perlu didorong. “Kebijakan yang lebih akomodatif dibutuhkan agar pemulihan ekonomi berlanjut. BI siap memperkuat sinergi dengan stimulus fiskal pemerintah,” ujarnya.
Investor Masih Menanti Respons Perbankan
Meski saham bank BUMN sudah rally, pasar akan mengamati seberapa cepat perbankan menurunkan suku bunga kredit. Jika respons lambat, dampak ke sektor riil bisa tertahan.
“BI sudah memberi umpan matang, tinggal perbankan yang harus cetak gol,” sindir analis pasar.
Kesimpulannya, pasar memberi aplaus lewat lonjakan saham bank, tapi PR perbankan masih panjang. Investor ingin melihat penurunan bunga kredit nyata, agar kredit UMKM dan korporasi benar-benar mengalir deras. (*)