Dia menanyakan kurikulum sekolah Ciputra yang mencetak pengusaha. Pertanyaan tersebut secara tidak langsung mementahkan asumsi Dahlan bahwa pengusaha tidak terlahir dari dunia pendidikan.
Terkait pertanyaan tersebut, Dahlan mengatakan, sekolah tersebut hanya melengkapi ilmunya. Sistematikanya. Bilhal-nya berjualan.
‘’Jadi bukan sekolah itu yang menjadikan pengusaha,’’ ujarnya yang kemudian mencontohkan cucu-cucunya yang bersekolah di Ciputra dan mendapat tugas berjualan.
Dia mengungkapkan, sebagian besar orang tua siswa sekolah tersebut adalah pengusaha. Mereka juga sudah terpola menjadi pengusaha.
Dahlan juga menyampaikan tidak ada pedoman menjadi pengusaha. Begitu juga pada umur berapa harus memulai usaha.
Bahkan, dengan ekstrem mantan CEO surat kabar Jawa Pos dan Jawa Pos Grup itu mengungkapkan, modal tidak menjadi alasan utama untuk batal menjadi pengusaha.
Menurut dia, modal terpenting untuk menjadi pengusaha adalah kemauan.
Di sesi lain, Dahlan mengatakan, seorang wirausahawan sejati tak pantang menyerah. Berusaha bangkit dari keterpurukan, meski berkali-kali dan tidak mengasumsikan kebangkrutan sebagai takdir.
Dia kemudian mencontohkan salah satu perusahaannya yang mengalami kebangkrutan Rp 2 triliun selama dua tahun akibat kenaikan harga batu bara yang mencapai lima kali lipat.
‘’Saya seharusnya stroke. Saya harus bangkit. Alhamdulillah, ini sudah kelihatan tanda-tandanya,’’ ujar mantan Dirut PLN itu.
Dalam sambutannya, Kiai Fathul Huda mengatakan, Dahlan Iskan merupakan salah satu dari dua tokoh idolanya. Tokoh lain yang didolakan adalah Mahfud MD.
Khusus Dahlan Iskan, dia mengatakan, kalau yang bersangkutan tidak bisa disejajarkan dengan wali, maka sifatnya sudah seperti wali. Salah satu sifat tersebut adalah tidak kenal takut. Lurus dan berani.