Radartuban.jawapos.com – Mengacu pada website Pemkab Tuban, nama Pendopo Kridho Manunggal patut dikoreksi. Berdasar kaidah bahasa Jawa, penulisan yang benar seharusnya Pendhapa Kridha Manunggal.
Adalah Budi Wasasih, guru bahasa Jawa yang mengkritisi nama pendapa. Dia menjelaskan, satu per satu makna kata sesuai dalam Bausastra Jawa atau Kamus Bahasa Jawa. Dimulai dari pendhapa yang memiliki arti bagian depan rumah. Kridha yang berarti rutinitas, pekerjaan atau bersenang-senang dan manunggal yang artinya menyatu.
‘’Jadi seharusnya nama yang tertulis Pendhapa Kridha Manunggal,’’ terang dia kepada Jawa Pos Radar Tuban.
Guru SDN Plumpang III ini menjelaskan, secara keseluruhan, Pendhapa Kridha Manunggal memiliki arti rumah untuk pemersatuan karya atau kinerja.
Dia menyampaikan, pelafalan pendhapa dan kridha tersebut juga diperkuat sesuai dengan aksara Jawa yang tertulis di gerbang pintu masuk pendapa. Dalam aksara Jawa, huruf yang tertulis dha bukan da.
‘’Jadi secara alfabet seharusnya tertulis pendhapa kridha bukan pendopo kridho,’’ terang dia mengkritisi.
Mantan sinden grup karawitan Dwija Laras ini menyampaikan, ada perbedaan untuk penulisan konsonan da dan dha. Dalam bahasa Jawa, kedua konsonan tersebut memiliki dua aksara Jawa yang berbeda.
Sebagai contoh pelafalan kata wedi yang artinya takut dan wedhi yang artinya pasir. ‘’Orang Jawa pasti tahu pelafalan da dan dha ini cukup berbeda, meskipun perbedaannya tipis,’’ ungkap pendidik yang baru mendapat penghargaan pelestari bahasa Jawa pilihan Jawa Pos Radar Tuban itu.
Dikonfirmasi, Kepala Dinas Komunikasi, Informasi, Statistika, dan Persandian (Diskominfotiksan) Tuban Arif Handoyo membenarkan nama yang terdaftar di website pemkab adalah Pendopo Kridho Manunggal. Nama tersebut juga sudah terdaftar dalam arsip dan aset kepemilikan Pemkab Tuban.
Apakah nama yang tertera bisa diganti sesuai dengan kaidah yang benar? Arif belum bisa memastikan. ‘’Coba nanti kami cek dulu,’’ ungkap dia. (yud/ds)