RADAR TUBAN – Hasil survei Polmatrix Indonesia menunjukkan elektabilitas Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto mencapai 28,4 persen, sedangkan bakal capres PDIP Ganjar Pranowo sekitar 23,5 persen dan Anies Baswedan 14,7 persen.
Direktur Eksekutif Polmatrix Indonesia Dendik Rulianto menyebutkan, Hasil survei Polmatrix Indonesia dalam jajaran papan tengah, Puan Maharani mengalami peningkatan signifikan dan berhasil memimpin dengan elektabilitas 4,6 persen. Nama lain yang juga mencuat adalah Erick Thohir yang elektabilitasnya naik hingga 3,4 persen.
“Prabowo hampir tak terbendung lagi memimpin bursa capres, sementara di papan tengah Puan dan Erick elektabilitasnya melejit,” ungkap Dendik dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa.
Menurut Dendik, terus menguatnya Prabowo Subianto tidak bisa dilepaskan dari peta konstelasi politik dimana hubungan Presiden Jokowi merenggang dengan PDIP sebagai partai yang pernah membesarkannya sejak awal menjabat Wali Kota di Surakarta.
“Jokowi yang selama ini disebut sebagai petugas partai kini telah menjelma menjadi kekuatan politik tersendiri dan memposisikannya sebagai kingmaker,” katanya.
Menurut dia, pada titik tertentu terjadi perbedaan kepentingan antara Jokowi dengan PDIP yang selama ini mengusungnya. Berbekal keberhasilan selama memimpin di Solo dan DKI Jakarta, Jokowi tampil sebagai pemimpin nasional dengan sejumlah terobosan.
Adapun fokus Jokowi dalam membangun infrastruktur telah meletakkan fondasi yang kokoh untuk tekad Indonesia menjadi negara maju. Meskipun didera dengan pandemi COVID-19 dan guncangan geopolitik internasional, visi memajukan Indonesia tidak bisa dilepaskan dari sosok Jokowi.
“Jokowi melangkah lebih jauh lagi dengan menggulirkan pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur,” tambah dia.
Bagi Jokowi, sambung Dendik, pembangunan yang terlalu terpusat di Pulau Jawa harus disebarkan ke daerah-daerah. Visi Indonesiasentris dimulai dengan membangun ibu kota baru yang berada di tengah-tengah wilayah, sekaligus mengurangi beban Jakarta yang sudah sangat berat.
Dengan adanya batasan periode masa jabatan, Jokowi tidak bisa terus mengeksekusi program pembangunan yang berjangka panjang tersebut. Untuk itu Jokowi harus memastikan presiden penggantinya bisa melanjutkan agar arah kemajuan bangsa tetap berada pada jalur yang benar.
“Cawe-cawe Jokowi itu yang membuat nama-nama seperti Prabowo dan Ganjar kerap berada pada posisi unggulan, sementara Anies yang mengklaim ingin mengubah arah pembangunan warisan Jokowi terus merosot,” ungkap Dendik.
“Jokowi berada di antara dua pilihan, antara mendukung Prabowo atau Ganjar, tetapi kini tampak makin condong ke Prabowo,” tambahnya.
Prabowo Subianto dinilai memiliki probabilitas yang lebih kuat untuk bisa melanjutkan kepemimpinan Jokowi ke depan. Pasalnya, Prabowo adalah ketua umum Gerindra, sekarang menjadi partai terbesar kedua dan berpotensi menyalip PDIP.
Ia mrnilai Prabowo bisa lebih independen dalam menentukan kebijakan dibanding Ganjar yang juga hanya berstatus sebagai “petugas partai”. Prabowo yang merupakan bekas rival Jokowi dalam dua kali pilpres juga berpeluang merebut ceruk suara pendukung Anies di kalangan pemilih Islam dan konservatif.
“Prabowo menjadi ujung tombak bagi Jokowi untuk bisa mengalahkan Anies di arena Pilpres,” terang Dendik.
Di sisi lain, PDIP tampak tidak menjadikan faktor Anies dengan gagasan perubahannya sebagai sentral persoalan. PDIP terlihat lebih mengejar target untuk mempertahankan posisi sebagai pemenang pemilu dua kali berturut-turut dan bertekad untuk mencetak hattrick.
Sementara itu dukungan kuat Jokowi membuat elektabilitas Prabowo melejit dan memberikan coattail effect terhadap Gerindra. Menguatnya Prabowo dan Gerindra menjadi ancaman bagi PDIP, sehingga bisa makin memanaskan hubungan PDIP dengan Jokowi.
Stagnannya elektabilitas Ganjar pasca deklarasi juga membuat PDIP harus memutar otak keras untuk mencari strategi pemenangan yang tepat. Puan sering tampil untuk menggalang koalisi, dan berdampak pada naiknya elektabilitas penerus trah Bung Karno tersebut.
Kenaikan elektabilitas Puan dalam paruh awal 2023 berhasil menggeser posisi Agus Harimurti Yudhoyono 4,5 persen dan Ridwan Kamil 4,4 persen. Alhasil, kini Puan berhasil menempati peringkat keempat dalam bursa capres, melesat dari sebelumnya hanya pada urutan ketujuh.
Berikutnya ada Erick Thohir yang melambung elektabilitasnya hingga menyalip Sandiaga Uno 3,3 persen. Erick yang di gadang-gadang sebagai cawapres terkuat untuk mendampingi baik Prabowo maupun Ganjar menjadi pesaing kuat Sandi yang telah diusung PPP.
Pada jajaran papan bawah, mencuat sosok putera sulung Jokowi yang meniti karier yang sama sebagai wali kota Solo, Gibran Rakabuming Raka 1,5 persen. Berikutnya ada Khofifah Indar Parawansa 1,3 persen, Airlangga Hartarto 1,2 persen dan Mahfud MD 1,1 persen.
Lalu ada Andika Perkasa 0,8 persen, Yenny Wahid 0,7 persen, dan Muhaimin Iskandar 0,4 persen. Nama-nama lain memiliki elektabilitas yang sangat kecil atau bahkan nihil, dan sisanya menyatakan tidak tahu/tidak jawab sebanyak 5,7 persen.
Survei Polmatrix Indonesia dilakukan pada 15 hingga 21 Juli 2023 kepada 2.000 responden mewakili 34 provinsi. Metode survei adalah multistage random sampling (acak bertingkat) dengan margin of error survei sebesar ±2,2 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen. (*)
Sumber: ANTARA, Pewarta: Narda Margaretha Sinambela