Radartuban.jawapos.com – Bupati Aditya Halindra tampaknya tidak bisa berlama-lama membiarkan sejumlah badan usaha milik daerah (BUMD) pada zona nyaman. Utamanya terhadap BUMD yang selalu merugi.
Sepanjang 2021 lalu, misalnya. Dari empat BUMD milik Pemkab Tuban, yakni Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) Tirta Lestari, Perusahaan Daerah Aneka Tambang, PT Ronggolawe Sukses Mandiri, dan Perusahaan Daerah Minyak dan Gas Bumi, hanya PDAM Tirta Lestari yang mencatatkan laba. Total keuntungan yang
diperoleh sekitar Rp 13,1 miliar.
Dari keuntungan tersebut, sebesar Rp 7,2 miliar atau 55 persen disetor menjadi pendapatan asli daerah (PAD). Sedangkan tiga BUMD lainnya seakan “sakit”. Jangankan untung, break even point (BEP) saja tidak. Sebaliknya, ketiga BUMD yang modal usahanya “nyusu” dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) ini selalu defisit.
Perusahaan Daerah Aneka Tambang, misalnya. Sepanjang 2021 mencatatkan defisit sebesar Rp 138.881.381. Disusul PT Ronggolawe Sukses Mandiri Rp 122.694.872, dan Perusahaan Daerah Minyak Gas Bumi Rp 24.419.924. Karena defisit, maka tak ada pendapatan yang bisa disetor ke pemerintah daerah.
Berdasar penuturan Kepala Bagian Perekonomian dan Sumber Daya Alam (SDA) Setda Tuban Cucuk Dwi Sukwanto. Ketiga BUMD tersebut merugi karena alasan pandemi Covid-19 sepanjang 2020-2021. Karenanya, tak ada pendapatan yang bisa disetor ke pemkab.
‘’Disebabkan dampak pandemi, sehingga mengalamai kesulitan (dalam mengembangkan usaha, Red) dan tidak ada pendapatan,’’ jelas dia.
Perusahaan Daerah Aneka Tambang, misalnya, teerang Cucuk. BUMD yang bergerak di bidang pengelolaan sumur tua ini memiliki 87 titik operasi. Tapi karena pandemi, sehingga harga minyak dunia turun.
‘’Yang biasanya satu liter bisa Rp 4 ribu, selama pandemi hanya Rp 3 ribu,’’ ujarnya.
Akibatnya, lanjut dia, operasional sumur tua sempat dihentikan beberapa bulan, karena biaya produksi dan pendapatan tidak sebanding. ‘’Pendapatan jadi loyo,’’ tandasnya.
Kondisi ini sama juga dialami oleh PT Ronggolawe Sukses Mandiri. BUMD yang binisnya utamanya jasa pengangkutan di pelabuhan ini sulit berkembang. Sejauh ini hanya mengandalkan kegiatan operasi di pelabuhan PT. Sarana Bangun Indonesia (SBI).
Namun, setelah tragedi tabrakan kapal tongkang pada 2019, sampai saat ini tak ada kegiatan operasi lagi.
‘’Aktivitas bisnis di pela buhan SBI mandek, sehingga tidak ada kegiatan sama sekali,’’ ungkapnya, dan sejauh ini belum ada usaha mayor yang patut dibanggakan dari BUMD Ronggolawe Sukses Mandiri.
Usaha kecil-kecil PT Ronggolawe Sukses Mandiri, seperti bajaj angling, printing, jual tiket hotel dan pesawat, juga sama sekali tidak mencatatkan laba. Serasa hidup segan, tapi tak mau mati.
Bagaimana dengan Perusahaan Daerah Minyak dan Gas Bumi? Disampaikan Cucuk, kondisi BUMD yang satu ini juga tidak jauh memilukan. Sejak berdiri, perusahaan yang dirancang untuk mengelola participating interest (PI) dari eksplorasi migas di Tuban sampai saat ini belum ada hasil. Eksplorasi gas di Kecamatan Soko, misalnya, terang dia, sampai saat ini belum ada pembicaraan soal PI.
‘’Begitu juga dengan su mur gas di Desa Sambonggede, juga belum ada kejelasan operasi,’’ terang mantan Kabid Pengawasan dan Pengendalian Dinas Pertambangan Tuban ini.
Praktis, tak ada sumbangsih yang mampu diberikan ketiga BUMD tersebut. Sebaliknya, seakan hanya menjadi beban pemerintah daerah. (fud/tok)