Disinggung soal teknis koreksinya nanti. Mashadi meminta di masing-masing kecamatan atau tempat tes disediakan minimal satu scanner.
Prosesnya, soal yang sudah dikerjakan akan dikoreksi oleh panitia dan disaksikan langsung dari perwakilan peserta yang ditunjuk menjadi saksi.
‘’Selain hasilnya bisa langsung dilihat. Proses koreksinya juga cepat. Setengah jam bisa mengoreksi 100 soal,’’ bebernya.
Setelah ini, lanjut dia, Dinsos P3APMD Tuban tinggal membuat petunjuk teknis (juknis) baru, kemudian disosialisasikan kepada masing-masing penyelenggaran atau panitia.
‘’Waktu yang dimiliki tak banyak, karena tes akan diselenggarakan 9 Agustus nanti. Tapi saya kira, waktunya masih cukup untuk sosialisasi sambil menyampaikan juknis baru ke masing- masing desa,’’ jelasnya.
Lebih lanjut Mashadi menyampaikan, selain menyepakati soal sistem koreksi, dalam rapat tersebut, Komisi II juga mengorek sejauh mana kesiapan penyedia soal.
Karena itu, pihak Unair diundang dan diminta untuk melakukan pemaparan. Termasuk jaminan mutu dan kualitas soal yang disusun.
‘’Tadi yang disampaikan (pihak Unair, Red), bahwa soal tes yang sudah disiapkan, setiap peserta mendapat soal yang berbeda, tapi dengan bobot soal yang sama,’’ tandasnya.
Sementara itu, Kepala Dinsos P3APMD Tuban Sugeng Purnomo menegaskan, terkait koreksi menggunakan scanner, pihaknya juga sudah sepakat.
‘’Kalau semua pihak sudah sepakat, maka kami juga sepakat,’’ ujarnya.
Disinggung soal sikap awalnya yang seolah tidak setuju digunakan koreksi scanner? Sugeng membantar pernah bersikap demikian.
Menurutnya, sejak awal dirinya tidak pernah menyatakan tidak setuju. Soal belum disepakati, karena waktu itu masih sekadar usulan dan diskusi. (fud/tok)
—————————————————————-
Untuk mendapatkan berita-berita terkini Jawa Pos Radar Tuban, silakan bergabung di Grup Telegram “Radar Tuban”. Caranya klik link join telegramradartuban. Sebelumnya, pastikan Anda sudah menginstal aplikasi Telegram di ponsel.