RADARBISNIS – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali terjungkal di sesi kedua perdagangan Kamis (18/9). Setelah sempat bertahan di zona hijau pada awal perdagangan, indeks ditutup melemah 16,74 poin atau 0,21 persen ke level 8.008,43.
Padahal, IHSG sempat mencetak level tertinggi harian di 8.068,00 tak lama setelah pembukaan. Pada penutupan perdagangan Sesi 1, IHSG juga masih bertahan di zona hijau yakni di level 8.046,608 atau naik 21,429 poin (0,27 persen).
Namun, tekanan jual mulai menggerus indeks sejak siang hingga sore. IHSG bahkan sempat menyentuh titik terendah di 7.993,51 sebelum akhirnya bertahan tipis di atas 8.000.
Volume transaksi mencapai 44,54 miliar saham dengan nilai turnover Rp 21,93 triliun dan frekuensi transaksi 2,43 juta kali. Ada 261 saham menguat, sedangkan 410 saham ambruk, dan 131 saham stagnan.
Analisis: Sesi 2 Jadi Neraka Mini untuk IHSG
Pelemahan IHSG pada sesi kedua hari ini disebut-sebut akibat kombinasi tekanan eksternal dan aksi ambil untung oleh investor.
“Pelaku pasar mulai mengantisipasi rilis data inflasi AS dan keputusan suku bunga The Fed minggu depan. Banyak investor memilih mengamankan keuntungan setelah IHSG mendekati area resistance,” ujar seorang analis pasar modal.
Selain faktor global, tekanan datang dari sektor perbankan dan komoditas yang menjadi penopang utama IHSG. Saham-saham big caps seperti BBRI, BBCA, dan ASII mengalami aksi jual signifikan. Sektor energi juga tertekan seiring koreksi harga batu bara di pasar internasional.
Investor Lokal vs Asing
Data RTI mencatat, investor asing mencatat net sell tipis di pasar reguler. Meski tidak terlalu besar, tekanan jual ini cukup memicu sentimen negatif dan mempercepat penurunan IHSG.
“Market cenderung wait and see, sehingga likuiditas melambat di sesi kedua. Hal ini membuat pergerakan indeks lebih rentan terkoreksi,” tambah analis tersebut.
Proyeksi ke Depan
Meski melemah, IHSG diperkirakan masih memiliki peluang rebound jika sentimen global mereda. Level 8.000 disebut menjadi support psikologis yang perlu dijaga. Jika jebol, indeks berpotensi menguji level 7.950 dalam waktu dekat.
Investor disarankan lebih selektif, fokus pada saham-saham defensif seperti sektor kesehatan dan telekomunikasi yang cenderung lebih tahan terhadap gejolak global. (*)