RADARBISNIS – Siapa sebenarnya pemilik sah Bank Neo Commerce (BBYB)? Pertanyaan itu kembali mencuat setelah struktur kepemilikan emiten bank digital tersebut bergeser. Pergerakan saham di balik meja justru semakin mempertegas satu hal: BBYB sedang memasuki fase konsolidasi para pemilik modal, sementara harga sahamnya berlari kencang di lantai bursa.
Dikutip dari IDXChannel, bank yang dulu bernama Bank Yudha Bhakti itu kini identik dengan layanan digital dan jutaan pengguna. Namun jejak sejarahnya panjang. Berdiri pada 1990, bank ini diinisiasi Perum ASABRI, Pepabri, dan Dephankam. Awalnya bank ini milik induk koperasi dan pusat koperasi di lingkungan TNI/Polri.
Setelah selamat dari krisis 1997–1998 dan naik ke kategori A, ekspansi dilakukan besar-besaran ke Jawa dan Sumatera.
Bertransformasi Menjadi Bank Digital
Transformasinya menjadi bank digital terjadi pada 2020, setahun setelah Akulaku masuk sebagai pemegang saham baru melalui skema private placement. Langkah itu mengawali perubahan total. Nama berganti menjadi Bank Neo Commerce, model bisnis beralih penuh ke layanan digital, dan jumlah nasabah meroket hingga 23,7 juta pada 2022.
Kini, struktur pemegang sahamnya kembali jadi sorotan. Berdasarkan Keterbukaan Informasi 26 November, Akulaku Silvrr tetap memegang kendali. Perusahaan fintech itu memiliki 4,59 miliar saham BBYB—setara 34,45 persen dari total saham. Posisi mayoritas yang tak tergoyahkan sejak masuk ke perseroan.
Gozco Naikkan Porsi Kepemilikan Saham
Pergerakan terlihat pada pemegang saham mayoritas kedua, PT Gozco Capital. Pada 31 Oktober, Gozco memegang 962 juta lembar saham atau 7,21 persen. Namun Gozco menaikkan porsinya hingga 1,03 miliar lembar, atau 7,76 persen dari total saham beredar. Kenaikan ini dibaca pasar sebagai sinyal kepercayaan jangka panjang terhadap arah transformasi BBYB.
Pemegang saham besar lainnya adalah Rockcore Financial yang menggenggam 736 juta saham, setara 5,52 persen. Sementara porsi terbesar justru ada di tangan publik: 6,96 miliar lembar saham atau 52,2 persen. Struktur ini membuat BBYB tetap menjadi emiten dengan likuiditas tinggi di pasar.
Akulaku Silvrr sendiri dikenal sebagai pemain utama layanan pinjaman digital dan paylater melalui platform Akulaku. Sinerginya dengan BBYB menjadi mesin percepatan model bisnis bank digital tersebut dalam tiga tahun terakhir.
Harga Saham Melejit
Sejak IPO tahun 2015 dengan melepas 300 juta saham di harga Rp 115 dan menghimpun dana Rp 34,50 miliar, perjalanan BBYB di bursa memang penuh tikungan.
Pada perdagangan Kamis (27/11), saham BBYB melompat ke Rp 492 per saham di sesi pertama, naik 24,24 persen dari pembukaan. Sepanjang tahun berjalan, sahamnya sudah melonjak 119,64 persen—pertumbuhan yang membuat investor ritel makin melirik.
Pergerakan harga yang agresif dan dinamika kepemilikan yang terus bergerak menjadikan BBYB salah satu bank digital paling strategis di BEI.
Di balik angka-angka yang berubah, tarik-menarik kepentingan pemegang saham besar semakin mempertegas bahwa masa depan BBYB masih akan diwarnai babak-babak penting berikutnya. (*)








