RADARBISNIS – Rilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) dan Indeks Harga Produsen (IHP) Amerika Serikat yang lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya membuat rupiah terkapar terhadap dolar Amerika Serikat.
Dilansir dari MSN Ekonomi, pada perdagangan Jumat (13/12) siang, rupiah sempat menyentuh angka Rp 16.000/US$. Rupiah ambruk 0,5 persen dari pembukaan perdagangan. Posisi rupiah saat ini merupakan yang terparah sejak 7 Agustus 2024 atau sekitar empat bulan terakhir.
Sementara indeks dolar AS (DXY) tampak naik 0,21 persen di angka 107,18. Ini lebih tinggi jika dibandingkan penutupan sebelumnya yang berada di angka 106,95.
Pertumbuhan IHP AS sangat kontras dengan IHK AS yang dirilis kemarin, di mana data IHK terbaru sudah sesuai dengan pasar.
Sebelumnya kemarin, Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan lalu tumbuh 2,7 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), dari sebelumnya pada Oktober lalu yang tumbuh 2,6 persen.
Sedangkan secara bulanan (mtm), IHK AS pada November lalu tumbuh 0,3 persen, dari sebelumnya pada Oktober lalu yang tumbuh 0,2 persen.
Sementara kemarin, IHP AS tampak tumbuh mencapai 3 persen pada November lalu secara tahunan (yoy), lebih tinggi dari Oktober lalu yang tumbuh 2,6 persen. Angka tersebut juga lebih tinggi dari ekspektasi pasar sebesar 2,6 persen.
Data inflasi konsumen dan inflasi produsen yang bervariasi membuat pasar bimbang akan rencana The Fed terkait penurunan suku bunga di pertemuan pekan depan.
Namun, mereka tampaknya tetap optimis bahwa Bank Sentral Amerika Serikat itu akan kembali memangkas suku bunganya pada pertemuan pekan depan. (*)