27.4 C
Tuban
Tuesday, 14 October 2025
spot_img
spot_img

Saham Rp 19 Jadi Rp 620! CBRE Bikin Geger BEI, Rights Issue Mendadak Ditunda

RADARBISNIS – Pasar modal kembali panas! Saham PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE) yang awal tahun cuma dihargai Rp 19 perak, kini melesat gila-gilaan tembus Rp 620. Itu artinya naik lebih dari 3.000 persen (ytd) — angka yang bikin banyak investor geleng-geleng sekaligus tergoda ikut nimbrung.

Bursa Efek Indonesia (BEI) pun sampai turun tangan. Dikutip dari IDXChannel, setelah sempat disuspensi sejak 12 September 2025 karena kenaikan harga yang “tidak wajar”, BEI akhirnya membuka kembali perdagangan CBRE pada Rabu (24/9). Tapi saham ini tidak langsung bebas melenggang.

BEI memindahkannya ke papan pemantauan khusus full call auction (FCA), yang artinya transaksi dilakukan dengan mekanisme lelang penuh supaya lebih terkontrol. Pada penutupan perdagangan Sesi I, CBRE kembali terbang 9,2 persen ke harga Rp 680 per lembar.

Naik 3.000 Persen: Dari Saham Receh Jadi Primadona

Kenaikan CBRE memang luar biasa. Dalam sebulan terakhir sahamnya sudah naik 408 persen, tiga bulan terakhir 638 persen, dan sejak Januari 2025 sudah meroket 3.000 persen. Dari saham “receh” yang nyaris dilupakan, CBRE berubah jadi salah satu yang paling hot di papan perdagangan.

Baca Juga :  Awal Pekan IHSG Tersungkur, Saham Rokok Justru Menggila! HMSP Terbang 22 Persen, GGRM Nyaris 20 Persen. Apa Penyebabnya?

Tak heran banyak trader ritel sampai investor institusi kini mulai melirik pergerakan harga emiten energi ini. Beberapa analis bahkan menyebut reli CBRE sebagai “the next multi-bagger stock” tahun ini, meskipun risikonya juga tinggi.

Rights Issue Ditunda, Rencana Batal di RUPSLB

Di tengah euforia harga, perseroan justru menunda rencana rights issue yang sebelumnya sempat diumumkan. Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan CBRE, Amanda Octania, memastikan agenda itu dihapus dari mata acara RUPSLB 25 September 2025.

“Pelaksanaan rights issue akan diberitahukan kembali kepada pemegang saham apabila waktu pelaksanaannya telah ditetapkan perseroan di kemudian hari,” jelas Amanda.

Sebelumnya, CBRE berencana menerbitkan hingga 48 miliar saham baru melalui penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD). Namun, keputusan untuk menunda ini membuat pasar bertanya-tanya: strategi apa yang sedang disiapkan manajemen?

Belanja Kapal Rp 1,6 Triliun: Ambisi Baru CBRE

Baca Juga :  IHSG Lanjutkan Penguatan, Ditutup Menguat 0,25 Persen ke Posisi 7.831,78

Meski rights issue ditunda, CBRE tak menahan ekspansi bisnisnya. Dalam agenda RUPSLB, perusahaan justru meminta restu pemegang saham untuk membeli satu kapal pipe-laying & lifting vessel bernama Hai Long 106 senilai US$ 100 juta (Rp 1,61 triliun). Kapal ini diyakini akan memperkuat bisnis jasa energi lepas pantai CBRE, sekaligus membuka peluang proyek-proyek baru.

Selain itu, perseroan juga akan meminta persetujuan untuk menambah kegiatan usaha baru. Artinya, CBRE sedang serius memperluas portofolio bisnis, bukan hanya mengandalkan sektor yang ada.

Investor Harus Waspada

Reli harga CBRE memang bikin banyak investor tergoda, tetapi mekanisme FCA dan kenaikan harga ekstrem patut jadi alarm kewaspadaan. Tanpa rights issue dalam waktu dekat, pasar akan menunggu bagaimana pembiayaan ekspansi kapal ini akan dilakukan.

Jika ekspansi sukses, CBRE bisa naik level menjadi pemain serius di industri energi lepas pantai. Namun jika gagal, kenaikan harga yang terlalu cepat bisa berbalik jadi risiko koreksi besar. (*)

RADARBISNIS – Pasar modal kembali panas! Saham PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE) yang awal tahun cuma dihargai Rp 19 perak, kini melesat gila-gilaan tembus Rp 620. Itu artinya naik lebih dari 3.000 persen (ytd) — angka yang bikin banyak investor geleng-geleng sekaligus tergoda ikut nimbrung.

Bursa Efek Indonesia (BEI) pun sampai turun tangan. Dikutip dari IDXChannel, setelah sempat disuspensi sejak 12 September 2025 karena kenaikan harga yang “tidak wajar”, BEI akhirnya membuka kembali perdagangan CBRE pada Rabu (24/9). Tapi saham ini tidak langsung bebas melenggang.

BEI memindahkannya ke papan pemantauan khusus full call auction (FCA), yang artinya transaksi dilakukan dengan mekanisme lelang penuh supaya lebih terkontrol. Pada penutupan perdagangan Sesi I, CBRE kembali terbang 9,2 persen ke harga Rp 680 per lembar.

Naik 3.000 Persen: Dari Saham Receh Jadi Primadona

Kenaikan CBRE memang luar biasa. Dalam sebulan terakhir sahamnya sudah naik 408 persen, tiga bulan terakhir 638 persen, dan sejak Januari 2025 sudah meroket 3.000 persen. Dari saham “receh” yang nyaris dilupakan, CBRE berubah jadi salah satu yang paling hot di papan perdagangan.

- Advertisement -
Baca Juga :  IHSG Tembus 8.025! Pasar Saham RI Ngamuk, Kapitalisasi Meroket Rp 14.445 Triliun

Tak heran banyak trader ritel sampai investor institusi kini mulai melirik pergerakan harga emiten energi ini. Beberapa analis bahkan menyebut reli CBRE sebagai “the next multi-bagger stock” tahun ini, meskipun risikonya juga tinggi.

Rights Issue Ditunda, Rencana Batal di RUPSLB

Di tengah euforia harga, perseroan justru menunda rencana rights issue yang sebelumnya sempat diumumkan. Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan CBRE, Amanda Octania, memastikan agenda itu dihapus dari mata acara RUPSLB 25 September 2025.

“Pelaksanaan rights issue akan diberitahukan kembali kepada pemegang saham apabila waktu pelaksanaannya telah ditetapkan perseroan di kemudian hari,” jelas Amanda.

Sebelumnya, CBRE berencana menerbitkan hingga 48 miliar saham baru melalui penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD). Namun, keputusan untuk menunda ini membuat pasar bertanya-tanya: strategi apa yang sedang disiapkan manajemen?

Belanja Kapal Rp 1,6 Triliun: Ambisi Baru CBRE

Baca Juga :  Awal Perdagangan Anjok Nyaris 1 Persen, IHSG Akhirnya Ditutup Menguat ke Posisi 7.672,9

Meski rights issue ditunda, CBRE tak menahan ekspansi bisnisnya. Dalam agenda RUPSLB, perusahaan justru meminta restu pemegang saham untuk membeli satu kapal pipe-laying & lifting vessel bernama Hai Long 106 senilai US$ 100 juta (Rp 1,61 triliun). Kapal ini diyakini akan memperkuat bisnis jasa energi lepas pantai CBRE, sekaligus membuka peluang proyek-proyek baru.

Selain itu, perseroan juga akan meminta persetujuan untuk menambah kegiatan usaha baru. Artinya, CBRE sedang serius memperluas portofolio bisnis, bukan hanya mengandalkan sektor yang ada.

Investor Harus Waspada

Reli harga CBRE memang bikin banyak investor tergoda, tetapi mekanisme FCA dan kenaikan harga ekstrem patut jadi alarm kewaspadaan. Tanpa rights issue dalam waktu dekat, pasar akan menunggu bagaimana pembiayaan ekspansi kapal ini akan dilakukan.

Jika ekspansi sukses, CBRE bisa naik level menjadi pemain serius di industri energi lepas pantai. Namun jika gagal, kenaikan harga yang terlalu cepat bisa berbalik jadi risiko koreksi besar. (*)

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Radarbisnis.com

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Radar Bisnis WhatsApp Channel : https:http://bit.ly/3DonStL. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

spot_img

Terpopuler

spot_img

Artikel Terbaru

spot_img
spot_img
/