RADARBISNIS – Realisasi belanja negara sepanjang tahun 2024 tercatat mencapai Rp 3.350,3 triliun. Realisasi belanja negara tersebut tumbuh 7,3 persen dari periode yang sama tahun 2023.
Belanja negara tahun 2024 dioptimalkan sebagai shock absorber dan agent of development dalam kondisi perekonomian global masih dibayangi risiko dan ketidakpastian yang tinggi.
‘’Dari sisi belanja negara Rp 3.350,3 triliun lebih tinggi dari target awal Rp 3.325,1 triliun, namun lebih rendah dari laporan semester I-2024 yang sebesar Rp 3.412,2 triliun,’’ ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN Kinerja dan Fakta Edisi Januari 2025 di Kantor Kementerian Keuangan, Senin (6/1) lalu.
Sri Mulyani menjelaskan, realisasi belanja negara tersebut terbagi dalam tiga kelompok. Pertama, belanja kementerian/lembaga (K/L) sebesar Rp 1.315 triliun. Realisasi belanja K/L tumbuh 14,1 persen dari periode yang sama tahun 2023. Angka tersebut melampaui pagu belanja K/L dalam APBN 2024 yang sebesar Rp 1.090,8 triliun.
“Jadi kalau kita lihat naiknya dari target APBN 2024 naiknya mencapai Rp 200 triliun di realisasi belanja K/L. Memang sebagian perpindahan (alokasi) dari belanja non K/L ,” tuturnya.
Kedua, realisasi belanja non K/L sebesar Rp 1.171,7 triliun atau tumbuh 7,7 persen dari periode yang sama tahun 2023. Realisasi belanja non K/L hanya mencapai 85,1 persen dari target dalam APBN 2024 yang sebesar Rp 1.376,7 triliun.
“Belanja non K/L bisa dijaga di Rp 1.171,7 triliun lebih rendah dari target APBN yang sebesar Rp 1.376,7 triliun,” kata dia.
Ketiga, transfer ke daerah sebesar Rp 863,5 triliun. Realisasi ini melebihi target transfer ke daerah dalam pagu APBN 2024 yang sebesar Rp 857,6 triliun. Namun terjadi kontraksi 2 persen dari periode yang sama tahun 2023.
“Transfer ke daerah masih tetap meningkat dan lebih tinggi dari APBN awal,” imbuh Sri Mulyani. (*)