RADARBISNIS – Kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) dan Bank Indonesia untuk memangkas suku bunga acuan berdampak positif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia.
Pada perdagangan Kamis (19/9), IHSG ditutup melesat 0,97 persen menembus ke posisi 7.905,39. IHSG kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH).
Dikutip dari RTI, nilai transaksi IHSG pada akhir perdagangan Kamis (19/9) mencapai Rp 14,97 triliun. Volume transaksi saham sebanyak 28,6 miliar lembar saham dan ditransaksikan sekitar 1,3 juta kali. Sebanyak 304 saham terpantau naik, 248 saham turun, dan 249 saham stabil.
Sejumlah emiten perbankan raksasa menjadi penopang melesatnya IHSG hari ini. Di antaranya, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang mencapai 14,8 indeks poin, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) sebesar 10,8 indeks poin, dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) sebesar 4,5 indeks poin.
Saham BBRI naik 0,93 persen ke harga Rp 5.400, BBCA naik 2,59 persen ke harga Rp 10.900, dan BBNI juga terpantau naik 2,19 persen ke harga Rp 5.825.
Nilai transaksi tiga bank tersebut juga cukup besar. Transaksi saham BBRI menembus Rp 1,8 triliun, BBCA Rp 1,5 triliun, dan BBNI Rp 545 miliar.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17-18 September memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate menjadi 6,00 persen. Artinya, ada penurunan sebesar 25 bps dibandingkan BI-Rate periode sebelumnya yang dipatok 6,25 persen.
RDG juga memutuskan untuk menurunkan suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 5,25 persen dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,75 persen.
‘’Keputusan ini konsisten dengan tetap rendahnya perkiraan inflasi pada tahun 2024 dan 2025 yang terkendali dalam sasaran 2,5 plus minus satu persen, penguatan stabilitas nilai tukar rupiah, dan perlunya upaya untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi,’’ kata Gubernur BI Perry Warjiyo dikutip dari laman resmi Bank Indonesia.
Sementara, pada Kamis dini hari waktu Indonesia, The Fed juga memutuskan untuk memangkas suku bunga acuannya. Bahkan, pemangkasan suku bunga acuan yang dilakukan Bank Sentral Negeri Paman Sam itu cukup besar yakni sebesar 50 bp menjadi 4,75-5,0 persen.
Pemangkasan 50 bp itu lebih besar dibandingkan ekspektasi pasar yang memperkirakan hanya 25 bp. Pemangkasan suku bunga acuan ini merupakan yang pertama sejak Maret 2020 atau empat tahun lalu saat awal pandemi Covid-19. (*)