25.2 C
Tuban
Tuesday, 1 July 2025
spot_img
spot_img

Dolar AS Lunglai, Rupiah Tancap Gas ke Rp 16.285! Pasar Sambut Redanya Ketegangan Global

RADARBISNIS – Ada angin segar untuk ekonomi Indonesia. Nilai tukar rupiah akhirnya bangkit dan menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah tensi global yang mulai mereda.

Data dari Refinitiv menunjukkan rupiah ditutup di level Rp 16.285 per dolar AS pada Rabu (25/6), menguat 0,37 persen dibanding hari sebelumnya.

Sempat menyentuh Rp 16.250/US$1 pada sesi pagi, penguatan ini menjadi sinyal positif bagi pasar keuangan Indonesia yang sempat dibayangi volatilitas global.

Penguatan ini didorong oleh meredanya konflik antara Israel dan Iran, yang sebelumnya sempat memicu pelarian dana dari negara berkembang ke aset safe haven. Dengan tensi yang mulai turun, pelaku pasar kembali memburu aset di emerging market, termasuk rupiah.

Baca Juga :  Sesi I, IHSG Ditutup Menguat 0,87 Persen Mendekati 7.900-an

“Semua murni mekanisme pasar,” kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI, Erwin Gunawan Hutapea dikutip dari CNBC Indonesia.

Erwin menegaskan bahwa penguatan rupiah terjadi tanpa intervensi besar-besaran dari Bank Indonesia (BI), menunjukkan bahwa pasar telah berjalan sesuai fundamental dan sentimen yang berkembang.

Menariknya, penguatan rupiah ini terjadi di saat indeks dolar AS (DXY) justru naik tipis 0,16 persen ke level 98.01 pada pukul 15.00 WIB. Ini terjadi usai pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell yang menyebut pemangkasan suku bunga belum akan dilakukan dalam waktu dekat.

Pernyataan Powell itu membuat dolar AS sempat mendapatkan tenaga, namun rupiah tetap mampu mencetak kinerja positif di tengah tekanan global. (*)

RADARBISNIS – Ada angin segar untuk ekonomi Indonesia. Nilai tukar rupiah akhirnya bangkit dan menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah tensi global yang mulai mereda.

Data dari Refinitiv menunjukkan rupiah ditutup di level Rp 16.285 per dolar AS pada Rabu (25/6), menguat 0,37 persen dibanding hari sebelumnya.

Sempat menyentuh Rp 16.250/US$1 pada sesi pagi, penguatan ini menjadi sinyal positif bagi pasar keuangan Indonesia yang sempat dibayangi volatilitas global.

Penguatan ini didorong oleh meredanya konflik antara Israel dan Iran, yang sebelumnya sempat memicu pelarian dana dari negara berkembang ke aset safe haven. Dengan tensi yang mulai turun, pelaku pasar kembali memburu aset di emerging market, termasuk rupiah.

Baca Juga :  Gawat, The Fed Isyaratkan Tak Turunkan Suku Bunga, Dolar Melesat Dekati Rp 16.000

“Semua murni mekanisme pasar,” kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI, Erwin Gunawan Hutapea dikutip dari CNBC Indonesia.

- Advertisement -

Erwin menegaskan bahwa penguatan rupiah terjadi tanpa intervensi besar-besaran dari Bank Indonesia (BI), menunjukkan bahwa pasar telah berjalan sesuai fundamental dan sentimen yang berkembang.

Menariknya, penguatan rupiah ini terjadi di saat indeks dolar AS (DXY) justru naik tipis 0,16 persen ke level 98.01 pada pukul 15.00 WIB. Ini terjadi usai pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell yang menyebut pemangkasan suku bunga belum akan dilakukan dalam waktu dekat.

Pernyataan Powell itu membuat dolar AS sempat mendapatkan tenaga, namun rupiah tetap mampu mencetak kinerja positif di tengah tekanan global. (*)

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Radarbisnis.com

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Radar Bisnis WhatsApp Channel : https:http://bit.ly/3DonStL. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

spot_img

Terpopuler

spot_img

Artikel Terbaru

spot_img
spot_img
/